Senin, 16 April 2012

لمحة عن علم اللغة الاجتماعي


ماهي اللغة و علم اللغة الاجتماعي ؟
اللغة عند ابن جني: اصوات يعبر بها كل قوم عن أغراضهم
من الممكن تعريف علم اللغة الاجتماعي sociolinguisticsعلى أنه دراسة اللغة في علاقتها بالمجتمع.
علم اجتماع اللغةsociology of language : دراسة المجتمع في علاقته باللغة.
والاختلاف بينهما ليس اختلافا في العناصر و إنما في محور الاهتمام (اللغة أم المجتمع وإلى مدى مهارته في تحليل البنية اللغوية أو الاجتماعية)
علم اللغة الاجتماعي فرع من علم اللغة التطبيقي, يدرس مشكلات اللهجات الجغرافية, اللهجات الاجتماعية, الازدواج اللغوى, ويعني بملاحظة التفاعل بين كل من اللغة والمجتمع, وتأثير كل منهما في الاخر.... دراسة اللغة بالنظر إلى المجتمع.  
السياق في علم اللغة الاجتماعي
من يتكلم ؟
وبأي لغة ؟
وفي أي مناسبة ؟

Beberapa Catatan Belajar Linguistik di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta



 
Oleh Muhammad Wildan
Universitas Islam Negeri Jakarta

            Belajar linguistik mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengambil jurusan sastra, tidak terkecuali bagi pembelajar di jurusan bahasa dan sastra arab (BSA). Sesungguhnya belajar di jurusan sastra tidak serta-merta mengkaji dan atau mendalami sastra, melainkan linguistik pun dijadikan sebagai mata kuliah wajib.
            Mendengar kata linguistik, setidaknya terlintas dalam benak cabang-cabang dan atau pembagiannya, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam pada itu terdapat linguistik yang telah terhibridisasi dengan sosiologi, psikologi, dan antropologi misalnya, sehingga bila dihubridkan menjadi; sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik. Memperhatikan secara cermat, linguistik telah menawarkan berbagai cabang subdisiplin topik bagi penggiatnya. Namun harus disadari pula, sebelum menghibridkan linguistik dengan disiplin ilmu lain, terlebih dahulu para penaruh minat dalam bidang linguistik mengkaji fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Linguistik di Bahasa dan Sastra Arab
Konon, ketika saya belajar linguistik di jurusan bahasa dan sastra Arab mengalami berbagai tantangan; tantangan terbesar ialah ketiaadaan buku-buku linguistik di perpustakaan secara memadai. Hemat saya, buku sebagai ruh untuk mengungkap tabir ilmu yang bersembunyi di balikknya. Ketiadaan ilmu setidaknya telah memincangkan kaki sebelah dalam mengekspresikan dalam dunia keilmuan linguistik.
Yang saya maksud dengan ketersediaan buku itu tentu buku yang berbahasa Arab dan apalagi buku yang bercetakan Indonesia (saya belum memperhatikan buku yang tertulis dalam bahasa Inggris). Ihwal itu saya khawatirkan akan mematikan minat para pembelajar linguistik untuk mempelajari linguistik lebih lanjut dan apalagi untuk membuat gagasan kritis seputar dunia kelinguistikan. Ihwa itu terbukti karya ilmiah (skripsi) mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Arab masih minim. Kalaupun ada, tapi sangat minim dari kajian teoritis.
Sesungguhnya mengkaji linguistik bersumber dari satu teori. Artinya, bersumber dari grand teori yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern Ferdinand de Sausure yang berkebangsaan Swiss. Adapun teori kelinguistikan yang kita terima di meja kuliah dewasa ini sebagai penjebaran dan atau pengembangan teori asal (baca: Ferdinand de Sausure). Dalam pada itu objek pengkajian linguistik ialah bahasa. Jadi, pemahaman terhadap teori kelinguistikan itu sebagai syarat mutlak untuk diterapkan bagi penggiat sastra (baca: Indonesia, Inggris, Jepang, dan Arab misalnya). Kecermatan memainkan teori pada bidang pembelajar bahasa sebagai kesuksesan dalam belajar linguistik.
Antara Lapangan dan Kajian Linguistik
            Bahasa hidup di tengah-tengah masyarakat (baca: masyarakat bahasa). Artinya, bahasa yang ada di masyarakat itulah sebagai objek kajian linguistik, di samping bahasa tulis, pemakaian bahasa di media masa dls. Yang menjadi kendalam utama bagi pembelajar bahasa Arab di Indonesia, tentu untuk mencari masyarakat Arab (enclave); daerah kantong berbahasa Arab di Indonesia amatlah sulit dijumpai. Hemat saya, ini kendala utama bagi pembelajar linguistik Arab di Indonesia yang ingin mempraktikkan diri dalam praktik teori lingustik dalam objek ke-Arab-an. Ini barangkali yang membuat para mahasiswa minim karya yang berhubungan dengan linguistik. Amat kontras sekali bagi pembelajar bahasa Indonesia yang telah tersedia objeknya.
            Semangat optimis harus tetap membara agar menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan dalam kerangka penelitian kelinguistikan. Misalnya, mencari data-data berbahasa Arab di Google atau Youtube. Hemat saya, itu sebagai jalan keluar terbaik untuk mempraktikkan teori kelinguistikkan kita dalam bingkai kelinguistik Arab.